Jumat, 28 Oktober 2016

Kumat itu Penyakit

Selingkah selingkuh, selangkah selingkuh, dari seminggu sebelum anak sakit sampe selesai opname tema di kepala saya tentang selangkah- eh selingkuhan.
Nggak enak memang didengarnya, tapi ya memang harus dihadapi dan petik aja pelajarannya. Dari mulai curhatan sohib di siang bolong yang bilang suaminya ada juga yg bilang istrinya ngaku udah selingkuh selama setahun terakhir dan sekarang ingin berpisah dan lebih milih WIL/PIL nya. saya gemes, sambil balesin whasapnya, saya ngeremet HP tanpa sadar. Masalahnya sang istri, suami, dan WIL PIL itu gk jauh jauh banget, dan mereka nampak baik-baik saja, jadi gimana nggak menggemaskan dengan pertanyaan, 'kok bisa' dan 'jadi selama ini?'.
Katanya sekarang ada fenomena selingkuhan di dunia maya, bisa jadi termasuk di Hp, apa-apanya maya tapi 'niat' nya nggak bisa dibilang maya karena tetep diitung 'menghianati' pasangan. Iya betul, karena salah satu tanda simpel menghianati adalah nutup-nutupin sesuatu dan nggak mau ketauan. suatu Malam saya nemenin istri nonton film di rumah sakit, dibela-belain nahan ngantuk kirain mau liat drama action agen CIA, eh taunya malah tentang perselingkuhan, tangan istri tiba-tiba nggrepekin saya, aduh saya pikir mau bikin film sendiri, eh taunya dia nyariin remot pengen pindah channel, tapi saya malah yang gak mau ganti, udah kagok, pengen tau ending nya, siapatau ada akhir tragis untuk si selingkuhan, kejepit pintu lift mungkin, abis itu liftnya melesat dengan kecepatan tinggi, cukup sadis ye padahal calon sutradara film action juga bukan nihh saya.
Minggu malam ada acara motivator keluarga kekinian ada ibu-ibu yang curhat suaminya berkali-kali selingkuh. Awal pernikahan udah ketauan bahwa si suami ini gak memutuskan pacar-pacarnya saat menikah dengan si ibu. Walhasil si ibu diteror pacar-pacarnya. Si ibu yang jadi penganten baru masih senyum-senyum sendiri mendadak kecut dan menegur suaminya. Untung sang suami insyaf dan minta maaf waktu itu. Beberapa tahun kemudian, kejadian lagi suaminya punya WIL. Setelah ditegur, insyaf lagi. Nah, yang terakhir ini setelah 10 tahun menikah, suaminya kembali berulah dan si Ibu udah nggak tahan, dia akan mengajukan cerai. Sang motivator mengaminkan langkah si Ibu, karena ibu itu berhak memperjuangkan kebahagiaan atas ketulusan cintanya, apalagi katanya; Salah satu bukti cinta itu Setia, kalau nggak Setia ya nggak cinta namanya. Saya meng-hore-kan keputusan si ibu, karena menurut saya nggak worthed hidup ibu itu hanya untuk menunggu suami pulang abis bermesraan sama wanita lain, nauudzubillah.
Tapi beda lagi nasihat saya ke sohib saya yang baru dikhianati istrinya, saya menyarankan dia sabar dulu, jangan terpancing ikutan istrinya emosi ingin cepat berpisah. Masak semudah itu melepaskan ikatan pernikahan yang selama 7 tahun dibangun dengan penuh sukacita meski ada sedikit duka itu wajar.. istrinya itu mungkin cuma perlu ada yang negur.
Akhirnya saya hanya bilang didoakan aja istrinya supaya kembali ke jalan yang lurus. Lalu sahabat saya bertanya balik dan membuat saya terkejut...
Tapi mamah dedek bilang, bukan mau nakut-nakutin, cuma selingkuh itu kayak penyakit, gak bisa hilang total, cuma sembuh sementara lalu bisa kambuh, bener gak ya?' Saya yang jadi gugup cuma bisa jawab; 'Ya dipagerin doa aja biar enggak kambuh-kambuh' Dalam hati kecil saya sedikit setuju dengan mamah dede, apalagi pas ada cerita ibu-ibu di acara sang motivator itu, tapi untuk meyakinkan sendiri, saya iseng bikin survey abal-abal ke teman laki-laki maupun perempuan yang senior udah bapak-bapak juga ibu ibu yg banyak makan garam, gula, merica, dll. 'Apa benar, kalau selingkuh itu kayak penyakit, sembuh bisa, tapi sangat mungkin untuk kambuh lagi di suatu waktu?' Dan 7 dari 10 orang jawab IYA. Hmm, survey saya itu memang cuma quick count dengan metoda amatiran dan responden yang nggak jelas, jadi nggak terlalu bisa dijadikan referensi. Cuma yang pasti, nggak ada rekayasa statistik apalagi money politic dalam survey saya itu!
Jadi saya curiga jangan-jangan nanti kalau dilakukan real count dengan responden yang lebih banyak, hasilnya sama saja. Yah, kalau inget sahabat saya yang lagi kena ujian, saya berharap istrinya itu adalah orang yang diluar survey saya. Dan mungkin memang benar, survey hanyalah survey.. semua tergantung orangnya juga. Begitu kata si bijak menghibur.
Lalu kalau anda di-survey dengan pertanyaan yang sama, mau jawab apa hoyaa ehh.. hayoo...?