Minggu, 04 Oktober 2015

SELAMAT JALAN NENEK

2 bks chiki snack, permen kojek, jg coklat jago masih teringat meski bertahun-tahun yg lalu. Entah berapa jajanan dari warungnya saat aku kecil dan Nenek selalu punya alasan untuk mengambilkan dagangan dari tokonya itu.
Nenek bukan anggota keluarga yang hanya kusambangi saat Lebaran saja. Saat kecil, ia seperti ATM pribadiku tidak pernah aku meminta malah diberi.
Ada ribuan ingatanku tentang Nenek. Aku cucu ke tujuh,
 Saat di taman kanak-kanak, sekolahku dekat dengan rumah nenek. Beliau membawakan aku bekal makan hampir tiap hari dan tidak lupa menyematkan kantung plastik kecil berisi uang saku di bagian dalam seragam TK ku. Satu waktu penitinya menusuk dadaku karena beliau terburu-buru. Nenek pulalah yang sering membenarkan reslitingku secara perlahan supaya gak kejepit.
Tidak ada yang spesial tentang nenek, Aku mewarisi tubuhnya yang kecil. Nenek punya banyak cucu. Semua cucunya tau jika dirumahnya sampah bisa jadi duit mereka harus mengamankan sampah dari rumahnya atau Nenek akan beraksi saat itu jg. Selera humor Nenek termasuk menganggap sampah itu berkah menjadi cerita tersendiri.
Di usianya yang sudah tidak lagi muda beliau sering kali sholat di masjid yg jaraknya 60 kali panjang rumahnya.
Ingatanku mengenai nenek simpang siur. Ada tahun-tahun yang timbul-tenggelam dan percakapan-percakapan yang diredam waktu serta giat aktivitas. Kematian tidak pernah memberikan kita cukup waktu untuk bersiap. Seingatku, ketika lelah dijalan saat bekerja.. aku istirahat dan sholat di masjid terdekat dari rumah nenek meski itu tidak dalam arti dekat yg sebenarnya... aku berjumpa nenek yg masuk masjid, buru-buru aku cium tangannya ketika aku tanya "dhuhur an tahh nek" karena memang masih jam 1siang. Beliau jawab nunggu ashar skalian ngaji.. Subhanallah.. Kupijat lengannya dan baru kusadari kulitnya makin keriput, tipis seperti kertas yang diremukkan tapi masih semangat beribadah. Nenek menginginkan hal-hal ini terjadi pula padaku, karena sesibuk apapun Ingatlah kepada Yang Maha Kuasa. Sering juga ketika suaranya lebih jelas dari pendengarannya  beliau menanyakan keadaan istriku, kesehatan anak-anakku. Aku pun menjawab "Alhamdulillah baek" sambil memberikan isyarat jempol tanda Oke.
Satu hari, setelah lebaran tahun ini, ada berita Nenek sakit-sakitan malah habis lebaran haji nenek masuk rumah sakit. semua cucu yg berjauhan siang-malam saling tukar informasi mengenai kesehatan Nenek. Lucu, karena ketika Lebaran haji tahun ini aku jauh di pulau sebrang, komunikasiku dengan keluargaku pun minim. Tangisku merebak mendengar kabar Nenek berpulang. Saat itu aku sadar.. aku tidak ada bersama beliau di waktu kritisnya lebih parahnya aku belum bisa membahagiakannya
Nenek memang selalu ada dalam fase-fase perubahan usiaku, ketika sisa terakhir masa kanak-kanakku bergantung pasrah pada pekerjaan dan keluarga kecilku, ketika saat itu Ada banyak hal yang tidak pernah aku utarakan karena kuanggap nanti, nanti – padahal nenek tidak hidup selamanya.
Tapi tentu saja realita tak selalu berjalan menurut isi kepala. Sekarang, aku sedang dalam fase untuk merelakannya.

Innaa lillahi wainnaa ilahi rajiun... air mataku menetes bersama kepergianmu... engkau adalah ibu sholehah dari ayahku, mertua yg saat baca Qur'an mirip saat ibuku jg membacanya, nenek yg menunjukkan arah sholat dirumahnya saat aku kecil , nenek yg izzat anakku terasa nyaman saat dipangkuanmu..
Selamat jalan Istri paling setia bagi (alm)kakek Amirin
semoga amal sholehmu, kesabaranmu, semangatmu beribadah menjadi penerang kuburmu dan kendaraan menuju surga Allah .... Amiiin
minggu,4/10/2015

Tidak ada komentar: