Minggu, 16 Juli 2017

Ngopi Dhisek

Kopi

Dan kopi tak pernah memilih siapa yang layak menikmatinya. karna dihadapan kopi kita semua sama.
Kopi pertama pagi ini. Hangat, pekat, tenang. Seperti dua orang kesepian yang saling meramaikan.
Hanya secangkir kopi yang menyajikan rasa manis, bukan janji janji dari bibir yang terlihat manis
Jadilah seperti kopi pagi ini. Walau sendiri, namun memberi ketenangan dan inspirasi tanpa henti.
Kopi pertama hari ini. Pahit, gelap, dan harum. Seperti rasa penasaran yang terlalu cepat selesai.
Kopi pertama pagi ini. Hitam. Seperti siluet wajahmu yg tertidur di bahuku, pada sebuah perjalanan.
Jangan terburu-buru dalam menjalani sesuatu nikmati saja apa yang ada, seperti halnya meminum kopi.
Aku ingin menjadi biji kopi, yang hancur lalu di seduh air mata untuk kau nikmati bersama pasanganmu
terdengar lirih bisikanmu di antara bayangmu seperti segelas kopi hangat yang sedang ku aduk pagi ini
Mengaduk kopi, mengadu sepi. Berkisah lagi tentang patah hati, semoga pelukanmu kelak akan melengkapi
Pahit, gelap, dan harum. Seperti dakocan yg baru keluar dari segentong parfum.
Manis, harum, hangat. Seperti tidak sengaja melamunkanmu di tengah perjalanan.
Percaya atau tidak itu terserah anda!! Bagi kami secangkir kopi dapat membuat hidup lebih menyenangkan
Pada sendok yang beradu di dinding gelas, tersaji kopi untuk hadirmu yang kian menjauh.. ‪#‎LanjutNgopi
Pahit, gelap, dan terpendam. Seperti sepasang kekasih yang sudah lama saling bosan.
Hitam, pahit, dan penuh ampas. Seperti penolakan yang tidak tega untuk disampaikan.
Semakin pahit diteguk. Seperti kangen yg semakin tidak tuntas, semakin menyebalkan.
‪‎Cuma Segelas Kopi yg bercerita kepadaku bahwa yg hitam tak slalu kotor dan yg pahit tak slalu menyedihkan
‪Cuma Segelas Kopi yang dari cara penakarannya secara tidak langsung merefleksikan kehidupan si peminumnya.
Pahit-manis. Seperti kata sayang terakhir dari dua orang yang saling berpisah jalan.
Denganmu, patah hati adalah sarapan ku setiap pagi sambil ditemani kopi yg kuseduh dngan air mata ku sendiri
Pahit.. Seperti dua orang yang terlambat dipertemukan, lalu sama-sama saling melewatkan.
Terlalu manis. Seperti dua orang yg sedang melakukan pendekatan, dengan penuh kepalsuan.
Walau tak ada yang sempurna, hidup ini indah begini adanya sama seperti kopi banyak yang menyukainya walau pahit
Manis, membekas, bikin deg-degan. Seperti dua orang yang saling menemukan, satu sama lain.
Perlahan terasa manis. Seperti rindu yang muncul tanpa dipaksa, semakin hari semakin pekat. 
Harum, hitam. Seperti aromamu, di pertemuan kita yang tak sengaja, pada malam yang tak biasa.
inilah pagi.. dimana langit tertutup awan putih pekat seperti kopi yang di aduk kemudian mendingin dengan sendirinya
Di secangkir kopi ku malam ini,ada namamu,dan kemudian aku tersenyum,bukan cuma di kopi,dihatiku pun kamu selalu ada
Ketahuilah orang yang tidak suka dengan kopi perlu di pertanyakan kewarga negaraannya atau bisa juga kemanusiaan nya
Dingin. Seperti ditinggalkan orang yang tepat, karena sibuk mencoba yg lain di saat bersamaan.
Pahit, manis, hangat. Seperti dua orang yg bertemu di saat yang salah, lalu saling melewatkan.
Lupakan aku, katamu. Bagaimana bisa? Sedang pahit kopimu yang kautinggalkan di kelu bibirku: merasuk ke dasar jiwaku.
Secangkir kopi tidak pernah mengajarkan kejahatan, dia hanya memberikan rasa pahit dan manis, serta sedikit efek samping
Manis, hangat, pekat. Seperti dua orang yang garis hidupnya bersinggungan, oleh sebuah kebetulan.
Gelap, hangat, tidak ingin habis. Seperti hening yang kita bagi, tiap perjalanan pulang ke rumahmu.
Kelak kita akan menikmati secangkir kopi, di kedai yang sama, di meja yang sama. namun dengan rasa dan aroma yang berbeda.
Rasa terlintas ketika halusinasi tak pernah lepas. Nikmat yang tiada terbatas saat bibir menyentuh segelas kopi yang manis
Sementara menunggu kopi tersaji, rinduku resah sendiri, mengaisi embun pagi, berharap menemukan jejak dirimu di sela bebatu.
Menyeduh kopi dengan air mata yang cukup panas, menghasilkan kepulan masa lalu dari manisnya kenangan, pahitnya ditinggalkan
Kopiku tak pernah butuh gula. Ia hanya butuh manisnya janji masa lalumu. Sekarang? Hanya ampas yang tersisa. Pahit dan sakit.
Manis, seperti pertemuan setelah penantian panjang. Pahit, seperti perpisahan yang terlalu terburu-buru.
Ketika kopi menjadi sahabat sejati, pagi bukan lagi sebuah misteri. Seperti kamu yang slalu ada di hati, slalu mengisi hari-hari.
Sehitam pupil mata dua orang yg tidak sengaja beradu. Semanis senyum yg menyusul sesudahnya, tanpa aba-aba.
Malam makin menampakan gelapnya. Bintang selalu menemani nya. Imajinasi liarku makin menjadi, karena secangkir kopi telah tersaji.
Kopi pertama di tahun ini seperti tahun kemarin Pahit, seperti ketakutan-ketakutan yg menyertai hubungan yg baru. Manis, seperti melaluinya tapi ragu.

Tidak ada komentar: